Masih ingatkah sewaktu engkau berada di titik di mana hidupmu begitu rumit, melakukan segalanya yang engkau inginkan untuk menjadi yang paling "perhatian" di mata orang, selalu optimis semua akan baik-baik saja, namun masih terasa ada yang kurang? Seolah, ada satu kepingan kaca yang belum di temukan untuk di susun, tersusun tapi tidak menyatu, tersusun tapi tidak sempurna gambar yang di pantulkan, tersusun seperti teka-teki yang aku ciptakan sendiri namun aku tidak menjumpai jawabannya.
Aku sedang ingin sendiri di tempat yang sepi, duduk tenang sendirian sambil memejamkan mata lalu tersenyum, sambil menghalu. Memang aku mahluk yang tidak tahu cara menghargai senja yang di terpa mendung. Aku mahluk yang tidak mengerti cara menghargai bau harum di taman bunga yang indah. Aku mahluk yang tidak paham cara menakjubkan keindahan kosa kata di dalam larik-larik puisi.
Betapa percumanya tanganku yang selalu mengukir namamu di sepanjang malamku. Namun engkau tak pernah menoleh apalagi melirik menghadapku. Percuma aku coretkan segalanya tentangmu di kertas yang belum ternodai oleh kotoran di ujung pena.
Aku hanyalah sampah yang tiada guna untuk di pandang oleh wanita yang aku harapkan bisa mambahagiakan di masa tuaku. Aku terlalu busuk seolah tiada guna harapan yang telah aku kejar seperti orang gila. Dan Aku terlalu bodoh sampai hilang angan-anganku di masa yang akan datang.
Sampai jumpa malam dan selamat pagi untukku (diriku sendiri). "Bangunlah dari tidurmu, ingin sampai kapankah di perbudak oleh egomu sendiri."
0 Komentar