Mengingat hari kemarin, aku teringat hari esok ingin berkelana kemana. Mengingat masa lalu terasa hanya mimpi yang sudah terjadi, dan rasanya ingin datang di hari esok, tapi tidak tau datang kemana dan datang berjumpa siapa.
Masih sendiri di waktu yang sama, Masih menghalu di malam yang sama. Rasanya juga masih sama ingin menetap, menetap di hadapan yang di puja. Betapa salahnya aku, menaruh perasaan yang senantiasa mengikat dalam dekapan tentangmu. Hipotermia terasa menerpa tubuhku di atap kedinginan terbaring tanpa daya. Imajinasi mulai datang tak terkontrol daya ingat tentangmu. Bola mataku mulai terlihat buram disaat menatapmu. Masih terasa dingin menerpa malam itu, dan berjumpa api untuk menghangatkannya. terdekap karna terasa nyaman oleh hangatmu yang mencairkan hati yang membelenggu.
Lagi-lagi aku masih membicarakanmu seperti aku pernah berjumpa denganmu (seperti dulu). Engkau sangat istimewa di mataku (diwaktu itu), tapi sayang engkau tiba-tiba mulai menghilang di hari itu. Dan mulai mengenal lagi, hanya sebatas mengenal di belakangnya.
Memang sepertinya hanya aku, mahluk yang tidak pernah bersyukur atas perjumpaanku dengannya. Dan andaikan dulu aku sempat menjabarkan apa yang sepatutnya harus aku utarakan untuknya pasti semua akan bisa di benahi dengan rasa yang tertata. Semua hanya halusinasi belaka karna, tak ada hubungan didalam perjumpaanku dengannya. Sana pergilah yang jauh jangan mengharapkannya, engkau tak pantas untuknya.
Waktu itu... kukira engkau memang untukku. Ternyata itu hanya dongeng semata tentangmu.
0 Komentar