SAMAR Melihatmu Tersenyum, NOVELku V

Hujan mengguyur menghilangkan jingga di senja hari, Percikan air tersenandung di depan kekasih. Bidadari mau sampai kapan aku memandangmu dari jauh, enggak bosankah hidup menggelimangkan harapan. Sanubariku merintihkan ucapan di tapak tangan menghatap tuhan. Masih sekedar pertemanan di satu kelas dan masih menghalu sambil memandangnya, kenapa enggan bermain bersama lagi.

Impian mencinta tak lagi menjadi cita-citaku di hari itu, cukup hanya mengenal jarak jauh karna ada teman yang sering menanyakan tentangnya. Mendengar ocehan melewati telingaku, menyanjungkan paras cantiknya sang bidadari yang amat sempurna di mata sang lelaki.

Di manakah letak perasaan dan dimanakah letak hati yang mengungkapkan rasa suka. Apakah gambaran susastra di mata orang begitu indah, wahai bidadari banyak lelaki yang membicarakanmu, apakah para malaikat juga ikut membicarakan tentangmu.

Harusnya sang bidadari bertanggung jawab atas semua ini, sebab karnanya para lelaki mabuk tak sadarkan diri. Wahai bidadari, hati para lelaki yang selalu membicarakanmu, prasaan yang selalu di utarakan kepada temannya dan mata yang selalu mengintai demi mendapatkan senyumannya.

Amat istimewanya engkau sang bidadari hingga tak kuasa telingaku mendengar cerita tentangmu dari lelaki yang mengejarmu, seindah itukan yang di utarakan sang penggemar untuk kekasih yang di cintainya. Hatiku tersamarkan tuk mendekatinya.

 

 

“melewati badai demi mencinta si badut berkali-kali berbicara dan teriak kepada si tuli bahwa di depan ada si lumpuh yang menanti”

 


0 Komentar